Indonesia merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau dan populasi yang tersebar tidak merata. Kondisi geografis ini memberikan tantangan besar dalam pemerataan layanan kesehatan, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Sebagai organisasi profesi yang menaungi ribuan dokter gigi di seluruh Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) memegang peran penting dalam mengatasi kesenjangan akses tersebut. Melalui berbagai program, kolaborasi, dan inisiatif strategis, PDGI berupaya memastikan bahwa setiap masyarakat—baik di kota besar maupun daerah terpencil—mendapat layanan kesehatan gigi yang layak.
Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya jumlah tenaga dokter gigi di banyak daerah pelosok. Sebagian besar dokter gigi lebih banyak terkonsentrasi di kota-kota besar, sehingga wilayah pedesaan dan pulau-pulau kecil sering kali kekurangan tenaga kesehatan gigi. PDGI melihat masalah ini sebagai isu nasional yang perlu ditangani secara berkelanjutan. Oleh karena itu, PDGI mendorong pemerintah untuk membuka lebih banyak formasi dokter gigi di fasilitas kesehatan daerah, terutama puskesmas dan rumah sakit daerah yang menjadi titik layanan utama bagi masyarakat pedesaan.
Selain itu, PDGI juga berperan dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada dokter gigi yang bersedia bertugas di daerah terpencil. Melalui program bakti sosial, rotasi tenaga medis, dan kolaborasi dengan institusi pendidikan kedokteran gigi, PDGI berusaha menghadirkan layanan kesehatan gigi yang lebih merata. Program bakti sosial tidak hanya memberikan pemeriksaan dan perawatan gratis, tetapi juga menjadi bentuk kehadiran PDGI di daerah yang selama ini minim akses kesehatan.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan fasilitas dan peralatan medis di daerah terpencil. Banyak puskesmas atau klinik daerah yang belum dilengkapi alat diagnostik modern, sehingga pelayanan kesehatan gigi sering kali terbatas pada tindakan dasar saja. PDGI secara aktif mengadvokasi pentingnya peningkatan fasilitas kesehatan melalui rekomendasi kepada pemangku kebijakan. Tidak jarang, PDGI juga berkolaborasi dengan lembaga donor, sektor swasta, dan organisasi kemanusiaan untuk menyediakan peralatan dasar seperti unit dental, alat sterilisasi, dan perangkat perawatan lainnya.
Edukasi masyarakat juga menjadi tantangan tersendiri. Di banyak daerah terpencil, tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi masih rendah. Hal ini menyebabkan tingginya angka karies pada anak-anak, penyakit gusi pada orang dewasa, dan rendahnya kebiasaan melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi. PDGI menjawab tantangan ini dengan mengadakan penyuluhan berbasis komunitas, pelatihan kader kesehatan, serta program edukasi yang menyesuaikan budaya lokal. PDGI memahami bahwa pendidikan kesehatan harus hadir dalam bahasa dan pendekatan yang diterima oleh masyarakat setempat agar pesan dapat tersampaikan secara efektif.
Dalam menghadapi era digital, PDGI juga berupaya memanfaatkan teknologi untuk memperluas akses edukasi dan konsultasi kesehatan gigi. Telekonsultasi, misalnya, mulai diperkenalkan sebagai solusi awal untuk menjangkau masyarakat yang sulit mengakses layanan langsung. Meskipun tidak menggantikan pemeriksaan tatap muka, telekonsultasi dapat membantu deteksi dini masalah gigi dan memberikan panduan dasar sebelum pasien mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Ke depan, PDGI menargetkan terwujudnya sistem layanan kesehatan gigi yang lebih inklusif dan merata. Melalui kerja sama dengan pemerintah, akademisi, serta sektor swasta, PDGI tetap konsisten dalam memperjuangkan peningkatan kualitas layanan dan akses yang lebih adil bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan komitmen yang kuat dan strategi yang terarah, PDGI diharapkan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan pemerataan layanan kesehatan gigi di seluruh pelosok negeri.
